Druju, Sidorejo Kidul, Tingkir, Salatiga

KHUTBAH JUMAT; Islam dan Kemuliaan Manusia

Oleh: Khoirul Anwar
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Insaniyyah Salatiga

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِصْلَاحِ، وَحَثَّنَا عَلَى الصَّلَاحِ، وَبَيَّنَ لَنَا سُبُلَ الْفَلَاحِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Dalam pergaulan sehari-hari, Islam memerintahkan pemeluknya untuk menghargai dan menghormati manusia secara sama tanpa membedakannya berdasarkan suku, keturunan, agama, atau keyakinan tertentu. Dalam QS. Al-Isrâ` 70 Allah SWT berfirman:

وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا  

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Dalam ayat di atas secara jelas al-Quran menggunakan redaksi banî âdam, yakni sebutan untuk manusia secara umum tanpa memperhatikan suku, ras dan agamanya. Kemuliaan di sini sifatnya umum dan mencakup semua manusia, muslim maupun bukan, keturunan Arab maupun bukan, semua manusia mendapatkan fasilitas hidup yang telah diberikan Allah SWT. Seseorang dapat menghirup udara secara bersama, menikmati kemudahan transportasi darat, laut maupun udara, makan dan minum segala macam yang ada di muka bumi, dan yang lainnya.

Itu semua diberikan Allah secara sama dan merata, atau yang dikemudian hari disebutnya dengan hak asasi yang dimiliki setiap manusia. Karena itu, Islam tidak membenarkan jika di antara manusia ada yang menghalangi atau menghilangkan hak asasi yang dimiliki seseorang. Tanpa ada kesalahan yang dibenarkan, seseorang tidak boleh dihalang-halangi dalam memenuhi atau melakukan segala hal yang menjadi haknya, baik menyangkut hak hidup, hak mendapatkan pendidikan yang layak, hak kebebasan berpendapat, hak ekonomi, hak beragama dan yang lainnya.

Dalam QS. Al-An‘âm 151 Allah berfirman:

وَلَا تَقۡتُلُواْ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ

Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan (sebab) yang benar.”

Larangan membunuh dalam ayat di atas berlaku umum, yakni semua manusia apapun suku, agama dan rasnya. Apabila seseorang melakukan perbuatan yang menghalangi atau menghilangkan hak asasi yang dimiliki seseorang, maka perbuatan tersebut dinamakan perbuatan zalim, yaitu melakukan perbuatan yang tidak semestinya dan tidak sesuai dengan aturan Islam. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوا

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan diri-Ku sendiri berbuat zalim, dan Aku menjadikannya perbuatan yang diharamkan di antara kalian, maka janganlah kalian saling berbuat zalim.” (HR. Muslim 2577).

Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Pandangan Islam terhadap manusia di atas seharusnya menjadi dasar bagi kita dalam berinteraksi dengan semua manusia apapun agama, ras dan sukunya. Kepada semua manusia kita harus memperlakukannya secara sama, yakni kita saling menghormati dan menghargai. Jangankan kepada orang yang masih hidup, kepada orang yang sudah tidak bernyawa sekalipun Islam menghormati dan menghargainya sebagai manusia, yakni jenazahnya harus dirawat secara manusiawi, dimandikan, dikafani, dan dimakamkan.

Penghormatan kepada manusia yang sudah tak bernyawa dan berbeda agama telah dipraktikan Nabi Agung Muhammad SAW dan para sahabatnya. Diceritakan, suatu ketika Nabi SAW sedang duduk bersama para sahabatnya. Lalu ada sekelompok orang menggotong jenazah untuk dimakamkan. Begitu jenazah itu lewat di hadapan Nabi SAW, Nabi SAW bersama para sahabatnya berdiri sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Salah satu sahabat yang bersama Nabi SAW memprotes, “Nabi, itu jenazah Yahudi.” Nabi SAW membalas: “Bukankah Yahudi juga manusia (Alaisat nafsan)?”

Penghormatan Nabi Muhammad SAW kepada jenazah Yahudi di atas jelas berdasarkan pada pandangannya bahwa semua manusia memiliki hak yang sama untuk dihormati dan dihargai apapun suku dan agamanya. Jenazah Yahudi yang lewat di depan Nabi SAW bukan orang yang terkenal, dan Nabi SAW juga tidak mengenalnya. Nabi SAW hanya mengetahui bahwa ia sebagai manusia, karenanya berhak untuk dihormati dan dihargai sebagaimana yang lain.

Teladan Nabi SAW itu dikemudian hari dipraktikkan dua sahabatnya yang bernama Qais bin Sa‘d bin ‘Ubâdah (w. 60 atau 59 H) dan Sahl bin Hunaif bin Wâhib (w. 88 H) di Qâdisiyyah Iraq (Persi). Diceritakan oleh Imam Muslim (w. 261 H), suatu ketika ada jenazah lewat di hadapan kedua sahabat Nabi SAW yang berada di wilayah taklukkan kekuasaan Islam, lalu keduanya berdiri sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Sahabat Nabi SAW lainnya memberi tahu bahwa jenazah yang lewat adalah orang Majusi setempat. Menanggapi protes tersebut, Qais bin Sa‘d dan Sahl bin Hunaif menceritakan bahwa keduanya meneladani sikap Nabi Muhammad SAW dalam menghormati jenazah Yahudi.

Qais bin Sa‘d bin ‘Ubâdah adalah sahabat besar ahli strategi perang yang menerima bendera dari Nabi Muhammad SAW pada penaklukkan Makkah (fath Makkah), sedangkan Sahl bin Hunaif bin Wâhib adalah orang yang selalu menyertai Nabi SAW dalam berbagai pertempurannya hingga pada masa kekuasaan Islam dipimpin Alî bin Abî Thâlib ia diberi amanat untuk memimpin wilayah Persi yang telah ditaklukkan. Jenazah yang lewat dan dihormati kedua sahabat besar itu dari penduduk asli Qâdisiyyah Persi yang beragama Majusi, yakni penyembah api dan memusuhi umat Islam saat itu, namun kedua sahabat Nabi SAW tetap menghormatinya. Hal ini semata-mata karena ia sebagai manusia.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Demikianlah pandangan Islam terhadap manusia. Manusia dihormati dan dimuliakan bukan karena identitas-identitas yang datang belakangan, tapi karena ia sebagai manusia.

Dalam QS. Al-Mâ`idah 8 Allah berfirman:

وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

=== Khutbah Kedua ===

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أمَّا بعدُ: فَياَ أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

، وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Leave a comment